Panjang Umur lewat Makanan

Masih ragu meninggalkan makanan ultra-proses? Jika masih, kawan oase harus membaca hasil penelitian yang berjudul Ultra-processed Food Consumption and the Risk of Short Telomeres in an Elderly Population of the Seguimiento Universidad de Navarra (SUN) Project yang dimuat di The American Journal of Clinical Nutrition. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa makanan ultra-proses mempercepat proses pemendekan telomer. Telomer merupakan pelindung di ujung rantai kromosom manusia yang memendek jika tubuh mengalami inflamasi dan tekanan oksidatif. Saat telomer memendek maka risiko tubuh mengalami penyakit tertentu juga meningkat dan akhirnya bisa berujung pada kematian muda. 

Apa itu makanan ultra-proses? Makanan ultra-proses adalah makanan pabrikan yang diolah melalui proses panjang dan melibatkan garam, gula, minyak, isolat protein, perasa dan pewarna tambahan, emulsifier dan zat tambahan lain untuk menghasilkan makanan jenis baru. Contohnya antara lain sosis, ham, sereal penuh gula atau jus buah dengan pemanis dan pewarna buatan. Meninggalkan makanan ultra-proses dan beralih kepada real food atau makanan yang minim proses dan tanpa penambahan zat adiktif serta pengawet bisa memperlambat pemendekan telomer.

Penelitian yang dilakukan di Spanyol tersebut melibatkan 886 responden dan meneliti kaitan diet dan panjang telomer. Hasilnya makanan ultra-proses nampaknya membuat sel tubuh menua lebih cepat. Telomer responden yang mengkonsumsi makanan ultra-proses lebih dari tiga kali sehari kemungkinan lebih pendek daripada telomer orang yang menghindari makanan tidak sehat. Walaupun efek dari makanan ultra-proses pada populasi lebih besar waktu dalam jangka panjang belum diketahui, Maira Bes-Rastrollo salah satu penulis bersama di penelitian tersebut merekomendasikan agar mengurangi konsumsi makanan ultra-proses. Rastrollo menyarankan untuk mengikuti gaya makan diet Mediterania yang lengkap dan beragam macamnya mulai dari ikan, sayur, buah, dan minyak zaitun.

Meskipun dalam penelitian-penelitian sebelumnya sudah pernah diteliti kaitan makanan ulta-proses dengan resiko penyakit seperti diabetes tipe 2, obesitas, darah tinggi, penelitian yang secara spesifik meneliti kaitan makanan ultra-proses dengan telomer belum pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini para responden yang merupakan lulusan beberapa universitas di Spanyol diminta mengisi kuisioner yang dikirimkan dua tahun sekali selama 10 tahun. Setelah 10 tahun, peserta dibagi dalam empat grup berdasarkan frekuensi konsumsi makanan ultra-proses yaitu kurang dari 2 kali sajian sehari, 2-2,5 sajian sehari, lebih dari 2,5-3 sajian sehari dan lebih dari 3 sajian sehari. Makanan ultra-proses paling sering dikonsumsi oleh responden adalah produk susu seperti es krim, custard, milkshake; daging yang diproses seperti ham, sosis, hamburger, salami; pastries seperti muffin, croissant dan pastry pabrikan lain; kukis; minuman bergula.

Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa semakin responden mengkonsumsi makanan ultra-proses kemungkinan telomer memendek semakin meningkat. Bes-Rastrollo dan rekan penelitinya memperkirakan bahwa efek buruk itu berasal dari jumlah asupan garam, lemak jenuh, dan gula yang berlebihan serta kurangnya serta dan mikronutrisi. 

Lalu apakah sepiring kukis dan sandwich berisi sosis lantas langsung memperpendek telomer. Memang tidak secara langsung namun kebiasaan mengkonsumsi makanan ultra-proses yang terbangun sedikit demi sedikit yang pada akhirnya berpengaruh buruk pada kesehatan kita. Telomer yang memendek adalah konsekuensi dari ongkos kesehatan lain yang berakibat pada tekanan oksidatif dan peradangan atau inflamasi. Jika kita tidak menghiraukan resiko kesehatan dan tetap rutin mengkonsumsi makanan ultra-proses maka risiko telomer memendek akan tetap ada. 

Sumber bacaan: https://www.inverse.com/mind-body/ultra-processed-food-telomeres-study

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *